Palu - Bencana gempabumi yang disertai tsunami serta
liquifaksi menimpa sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah pada bulan
September tahun 2018 dengan korban jiwa akibat
bencana ini lebih dari 4.000 jiwa. Bencana
tersebut telah membuka mata pemerintah Indonesia
mengenai arti penting manajemen penanggulangan
bencana beserta seluruh perangkat pendukung di
dalamnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) serta dengan bantuan teknis dari United Nations
Populations Fund (UNFPA) melakukan sebuah survei yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan (Knowledge), sikap (Attitude) dan perilaku (Practice), atau disingkat dengan KAP, dari masyarakat yang berada di
wilayah terdampak bencana di Sulawesi
Tengah. Survei ini berusaha menangkap
gambaran mengenai kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi bencana, terutama bencana gempa bumi,
tsunami dan liquifaksi.
Bertempat di
Ruang Vicon lama Gedung BPS Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu, 15 Mei 2019 dilaksanakan
kegiatan pelatihan petugas pendataan pasca bencana. Kegiatan ini dibuka
langsung oleh Bapak Faizal Anwar
selaku Kepala BPS Provinsi Sulawesi Tengah. Mengingat pentingnya kegiatan ini untuk
pendataan pasca bencana yang lebih baik kedepannya, Beliau dengan tegas meminta
komitmen seluruh petugas yang terlibat dalam pendataan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar
masalah-masalah yang nanti ditemukan dilapangan dapat diselesaikan saat ini dan
tidak akan menjadi penghalang dalam pendataan bencana selanjutnya.
Kemudian
pada tanggal 16-18 Mei 2019 akan dilaksanakan kegiatan uji coba pendataan pasca
gempa, liquifaksi, dan tsunami di wilayah Palu dengan target kegiatan untuk
menguji coba aplikasi dan kuesioner pendataan yang sudah dibuat. Adapun lokasi
yang akan dijadikan pilot survei pendataan pasca bencan adalah Kelurahan Petobo
Kecamatan Palu Selatan dan Kelurahan Tondo Kecamatan Palu Utara.
Kegiatan ini sebagai wujud pembelajaran yang
tidak pernah berhenti dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha atas kejadian
gempabumi 28 September 2018 7,4 SR di
Sulawesi Tengah, dimana masih terdapat hal yang terlewati dari gambaran kesiapsiagaan
masyarakat pada saat itu.
Kejadian bencana alam harus mendorong bangsa
ini untuk senantiasa melaksanakan pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan masyarakat
sebagai upaya memperkuat daya lenting menghadapi bencana yang tidak pernah terduga.
Semoga kolaborasi antara BPS,BNPB dan UNFPA
dapat memberikan manfaat dan pelajaran bagi kita semua untuk senantiasa melakukan
kegiatan pengurangan risiko bencana. Program seperti ini harus dapat
terus dikembangkan oleh pekerja kemanusiaan
dalam rangka meminimalisir korban jiwa, harta benda dan membantu masyarakat yang hidup di wilayah
rawan bencana gempa bumi, tsunami dan liquifaksi. (2T)