Palu - Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
Tengah mengadakan pelatihan petugas lapangan Survey Perdagangan Antar Wilayah (PAW)
Tahun 2019 yang bertempat di Villa Sutan Raja Palu. Acara tersebut dilaksanakan
selama 3 (tiga) hari efektif, yang dimulai sejak tanggal 24-28 Maret 2019 yang di ikuti oleh 33 (Tiga puluh tiga)
peserta yang terdiri dari 4 (empat) orang dari BPS Kabupaten Banggai, 3 (tiga) orang
dari BPS Kabupaten Morowali, 2 (Dua) orang dari BPS Kabupaten Poso, 3 (tiga)
orang dari BPS kabupaten Donggala, 3 (Tiga) orang dari BPS Kabupaten Parigi
Moutong, 1 (orang) dari BPS kabupaten Morowali Utara, 8 (depalan) orang dari BPS
Kota Palu dan 9 (sembilan) orang dari BPS Provinsi Sulawesi Tengah.
Kegiatan
Pelatihan ini di buka secara resmi oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Sulawesi Tengah, Ir. Faizal Anwar, M.T di dampingi oleh Kepala Bidang
Statistik Distribusi BPS Provinsi Sulawesi Tengah, G.A Nasser SE. Selama
pelatihan berlangsung peserta akan dibekali materi yang disampaikan Oleh 2 (dua)
orang Instruktur Nasional (Innas) yang berasal dari Bidang Statistik Niaga dan
Jasa BPS Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Siswadi
SST, M.Si dan Ni Made Egy Wira Astuti SST. Keduanya merupakan Kepala Seksi dan Staff Statistik Niaga dan jasa BPS
Provinsi Sulawesi Tengah yang sebelumnya telah mengikuti Pelatihan Calon Innas
Terintegrasi Survei Perdagangan Antar Wilayah (PAW), Survei Wisatawan Nusantara
(Wisnus) dan Survei E-Commerce yang dilaksanakan di Hotel Grand Mercure D.I
Yogyakarta pada tanggal 8-14 Maret 2019.
Adapun
tujuan dari di laksanakannya survei PAW adalah untuk mendapatkan peta distribusi
perdagangan antar wilayah serta memperoleh margin perdagangan dan pengangkutan
mulai tingkat pedagang besar sampai dengan pedagang eceran. Selain itu tujuan
dilaksanakannya kegiatan pelatihan petugas ini adalah untuk menyamakan persepsi
mengenai konsep dan definisi serta tata cara pengisian dokumen, agar nantinya
dapat terwujud data yang berkulaitas.
Pola
distribusi komoditas saat ini diduga masih bermasalah, hal ini terlihat dari
adanya disparitas harga yang tinggi antara harga di tingkat produsen dengan
harga di tingkat konsumen, serta ketersediaan barang yang kurang mencukupi pada
saat dibutuhkan terutama di kota-kota besar. Perdagangan antar wilayah juga
sangat diperlukan untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan setiap daerah dalam
memenuhi kebutuhan pangan di daerahnya.
Ketersediaan
dan kebutuhan komoditas di setiap provinsi yang berbeda-beda serta fluktuasi
dan disparitas harga barang pokok antar daerah yang cukup tinggi menjadi faktor
pendorong terjadinya perdagangan antar wilayah.
Hasil dari
kegiatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan
gambaran peta perdagangan antar wilayah,dalam hal ini batasan wilayah yang
digunakan adalah level provinsi,sebagai acuan dibangunnya sistem distribusi
perdagangan yang lebih efisien. (2T)