Palu - Salah
satu masalah kesehatan masyarakat dengan pendekatan perbaikan gizi yakni stunting. Prevalensi balita
stunting turun dari 37,2 persen pada tahun 2013 menjadi 30,8
persen pada tahun 2018. Prevalensi baduta stunting juga mengalami
penurunan
dari 32,8 persen tahun 2013 menjadi 29,9 persen pada tahun 2018. Namun
demikian, tantangan percepatan penurunan stunting masih cukup besar.
Salah
satu kendala penyelenggaraan percepatan pencegahan stunting, belum
optimalnya
koordinasi antar pemangku kepentingan untuk bersama-sama menangani
masalah stunting.
Penanganan
stunting perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha, masyarakat
umum, dan lainnya. Presiden dan Wakil Presiden berkomitmen untuk memimpin
langsung upaya penanganan stunting agar penurunan prevalensi stunting
dapat dipercepat dan dapat terjadi secara merata di seluruh wilayah
Indonesia.
Pada
kesempatan ini, Badan Pusat Statistik bersama dengan Badan Penelitan dan
Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan melaksanakan integrasi Survei Sosial Ekonomi
Nasional
(Susenas) Maret 2019 dengan Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI)
Tahun
2019 yang merupakan perwujudan koordinasi antar sektor yang dapat
menjadi model pelaksanaan kegiatan lintas sektor yang
terintegrasi di masa yang akan datang. Integrasi yang dilakukan oleh BPS dan
Balitbangkes pada tahun 2019 ini bukan yang pertama kalinya. Pada
tahun 2018, BPS bersama dengan Balitbangkes melakukan integrasi
Susenas Maret 2018 dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018.
Terobosan besar ini tidak terlepas dari upaya mewujudkan One Data
terutama
di bidang kesehatan. Integrasi kedua kegiatan besar ini diharapkan
mampu
menggabungkan berbagai keunggulan yang dimiliki kedua survei sehingga
dihasilkan
data kesehatan yang komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan
baik
secara metodologi, konsep dan definisi yang digunakan, serta terkait Standard
Operating
Procedures (SOP) pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.
Selasa, 2 April 2019 Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam hal ini Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) Upaya Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan
Workshop Enumerator/Training Centre (TC) Tingkat Provinsi Sulawesi Tengah.
Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 2-5 April 2019 bertempat di Rama Garden
Hotel Palu. Adapun peserta workshop ini adalah 13 (Tiga Belas) orang yang
berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan bertugas sebagai
Koordinator Lapangan, 13 (Tiga Belas) orang dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten/Kota yang merupakan Kepala Seksi Statistik Sosial, serta sebanyak 52
(Lima Puluh Dua) orang yang akan bertugas sebagai Enumerator. Pada
kegiatan Workshop ini akan diberikan materi mengenai penjelasan umum SSGBI,
Organisasi lapangan dan Manajemen, penjelasan administrasi, manajemen data, RTL
kegiatan SSGBI di masing-masing kab/kota dan juga kegiatan praktek lapangan
dalam bentuk try out.
Pada
pelaksanaan SSGBI, dilakukan pengukuran tinggi dan berat badan balita yang selanjutnya akan
dipergunakan untuk menghasilkan indikator terkait stunting.
Stunting
dipengaruhi oleh faktor multidimensi dan tidak hanya faktor gizi balita, namun
juga kondisi ketika masih dalam kandungan. Oleh karena itu, intervensi
penanganan stunting harus dimulai semenjak janin dalam kandungan hingga anak
berumur dua tahun atau biasa dikenal sebagai 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Pelaksanaan
Integrasi Susenas Maret 2019 dan SSGBI Tahun 2019 mencakup 300.000 rumah tangga sampel yang
tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia.
Pengumpulan data SSGBI akan dilaksanakan pada Minggu I April – Minggu I Mei
2019. Rumah
tangga sampel yang telah dicacah dengan kuesioner Susenas Maret 2019 akan
dikunjungi kembali oleh tim enumerator SSGBI Tahun 2019. Tim enumerator
SSGBI Tahun 2019 harus mengkonfirmasi keberadaan balita seluruh rumah tangga
sampel Susenas Maret 2019 dan hanya rumah tangga dengan balita yang akan
dilakukan pengumpulan data. Jika pada rumah tangga sampel Susenas
Maret
2019 tidak ditemukan balita, namun pada saat pendataan SSGBI Tahun 2019
ditemukan
keberadaaan balita, maka tim enumerator SSGBI Tahun 2019 akan melakukan
pengumpulan data pada balita tersebut. Petugas Susenas Maret 2019
tidak
akan melakukan kunjungan ulang ke rumah tangga sampel yang ditemukan
adanya
balita yang merupakan anggota rumah tangga baru. (2T)